Inilah bukti (mitos) si pahit lidah di tengah masyarakat yang saat ini masih membekas di lingkungan masyarakat.
Si Pahit Lidah, suatu legenda yang hampir punah di mata penduduk Sumatera, khususnya di Sumatera Selatan karena sampai sekarang belum bisa di pastikan dari mana asal usulnya.
Si Pahit Lidah dan peninggalan-peninggalannya
1.Batu Macan...!!!!!!!!
Konon batu ini sudah ada sejak abad ke 14 terdapat di Desa Pagar Alam
Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat. Penduduk setempat meyakini batu
macan adalah simbol sebagai wujud nyata paraturan adat (perdat) yang
harus dipatuhi. Menurut cerita penduduk setempat Dahulu kala ada seekor
macan yang kerap kali mengganggu masyarakat desa di empat wilayah (Pagar
Gunung, Gumay Ulu, Gumay Lembah, dan daerah Gumay Talang).
Keganasan macan yang semakin merajalela kepada penduduk, membuat Si
Pahit Lidah memperingati macan untuk tidak meneruskan kelakuannya, namun
sampai tiga kali teguran tidak pernah dipatuhinya dan macan terus saja
mengganggu penduduk.
Ketika Si Pahit Lidah sedang bersantai dan berjemur di batu penarakan
sumur tinggi, dari jauh dilihatnya seorang wanita sedang menjemur padi
sambil menggendong anaknya, dan pada saat yang sama datang seekor macan
dari arah belakang wanita secara mengendap-endap untuk menerkam wanita
bersama anak yang ada di gendongannya.
Melihat
itu, kembali Si Pahit Lidah memperingati macan, namun sayangnya teguran
itu tidak juga membatalkan niatnya untuk menerkam wanita tersebut,
sampai akhirnya Si Pahit Lidah berucap “Aii, dasar batu kau nii!” dan
tiba-tiba macan tersebut berubah menjadi batu.
Anehnya, bukan hanya macan yang menerima kutukkan dari Si Pahit Lidah,
wanita berserta anak yang sedang digendongnya turut menjadi batu.
Setelah diselidiki, ternyata wanita tersebut adalah wanita pezinah dan
anak yang sedang digendongnya adalah anak hasil perzinahan.
Dari kisah itu, penduduk setempat mempercayai, apabila seseorang
diketahui berzinah, maka terdapat hal-hal yang harus dilakukan oleh si
pelaku yakni menyembelih kambing sebagai basoh rumeh (pembersih rumah.
red), dan apabila si wanita mengandung dan melahirkan, maka harus
menyembelih kerbau sebagai basoh marge (pembersih lingkungan. red).
Hanya saja, sebelum kedua hewan tersebut disembelih maka pelaku harus
dikucilkan dan tidak boleh bergaul seperti diungsi kan di daerah lain
atau di pegunungan, dan akan dapat diterima di masyarakat kembali
setelah memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut.
2.Goa Putri...!!!!!!!!!!
Menurut legenda yang dipercaya sampai sekarang, dulu tinggallah seorang
Putri Balian bersama keluarganya. Suatu saat, sang Putri mandi di muara
Sungai Semuhun (sungai yang mengalir di dalam goa, bermuara di sungai
Ogan), persis pada pertemuan sungai itu dengan sungai Ogan.
Pada
suatu saat, kebetulan seorang pengembara sakti lewat, namanya Serunting
Sakti atau yang lebih dikenal dengan nama Si Pahit Lidah. Melihat Sang
Putri di sungai hendak mandi, Si Pahit Lidah mencoba menegur. Namun
tidak dipedulikan sama sekali oleh Sang Putri. Sampai beberapa kali Si
Pahit Lidah menegur Sang Putri, tetap saja tidak dihiraukan oleh Sang
Putri. "Sombong benar si Putri ini, diam seperti batu saja...," kata Si
Pahit Lidah menggumam. Gumaman itu langsung mengenai Sang Putri,
sehingga serta merta Sang Putri berubah menjadi batu. Itulah batu yang
terdapat di Sungai Ogan, seperti yang digambarkan pada awal tulisan ini.
Si Pahit Lidah lalu meneruskan perjalanannya. Tak disangka sampailah
sang pengembara di depan lokasi yang sekarang menjadi goa. "Katanya ini
desa, tapi tidak kelihatan orangnya, seperti goa batu saja,' kata Si
Pahit Lidah bergumam. Dan jadilah tempat itu sebagai goa batu. Itu
legenda terjadinya Goa Putri.
Memasuki
Goa Putri, banyak keindahan alam ciptaan Tuhan yang menakjubkan dapat
Anda saksikan. Bagaikan perunggalan kerajaan pada zaman dahulu yang
telah runtuh namun masih utuh. Dinding goa yang dipenuhi stalagmit dan
stalagtit menambah indahnya goa tersebut. Pada pintu masuk dapat Anda
lihat patung seekor singa yang seolah-olah sedang orang di sana, jika
Anda mencuci muka dengan air tersebut bisa menjadi awet muda, kulit muka
tidak kelihatan tua.
3. Danau Ranau...!!!!!!!
Danau ranau berjarak kira2 342 km dari kota palembang, 130 km dari kota Baturaja.
Konon kabarnya hidup seorang yang sangat sakti yaitu Si Pahit Lidah,
karena saking lidahnya pahit dapat mengkutuk orang, binatang, atau benda
apapun menjadi batu. Hal ini dipercaya karena adanya situs peninggalan
zaman dahulu kala yaitu BATU KEBAYAN (candi sepasang pengantin) yang
puing-puingnya masih tersisa di dekat Desa Jepara, kecamatan Buay
Pematang Ribu Ranau Tengah, kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan. Dan
konon dipercaya banyaknya situs (arca atau patung) di daerah Ranau.
4. Patung Gajah......!!!!!
Lokasi
situs megalitik itu letaknya di alam bumi Pasemah Lahat dan Pagar Alam,
sekitar 500-an kilometer dari Palembang, di dataran tinggi antara 750
meter-1.000 meter di kaki Gunung Dempo dari Pegunungan Bukit Barisan dan
daerah aliran hulu Sungai Musi dan anak-anak sungainya.
Ahli arkeologi Belanda sejak EP Tombrink (1827), Ulmann (1850), LC
Westernenk (1921), Th van der Hoop (1932) dan lainnya sejak dulu
berusaha memecahkan misteri ilmiah keberadaan kompleks situs megalitik
yang penuh serakan peninggalan arkeologi.